Saturday 8 March 2014

Dialog Pewayangan

Artikel di bawah ini merupakan salah satu tugas untuk membuat artikel yang lebih santai untuk dibaca. Sumber artikel berasal dari artikel yang diberikan oleh tim penulis dari Kemensesneg.

Bukit Investasi 

            Suatu hari Unyil bertemu dengan pak Raden. Mereka berbincang-bincang mengenai Negara mereka yang konon katanya sedang meningkatkatkan kinerja ekspor, impor dan investasi.
A :“ Nyil, kamu tahu ngga kalau pemerintah Indonesia terus berusaha naikin   kinerja ekspor?”
B  :“ Nggak tahu tuh pak Raden. Emang caranya gimana?
A :“ Jadi gini Nyil, lewat satu strategi yaitu dengan membuka banyak jalur perdagangan di forum multilateral (hubungan dengan banyak Negara), bilateral (hubungan dengan dua Negara) dan regional (daerah), strategi ini disebut dengan istilah multitrack strategy. Buktinya karena ada perjanjian-perjanjian antara Indonesia dengan Negara lain, seperti pada periode 2004 – 2009 ketika adanya perjanjian ASEAN – Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP),  ASEAN – Korea FTA (AKFTA), ASEAN – China FTA (ACFTA), ASEAN – Australia – Selandia Baru FTA (AANZFTA) dan ASEAN – India FTA (AIFTA).  Bahkan Indonesia berhasil menandatangani perjanjian Indonesia – jepang EPA (IJEPA). Kemudian pada tahun 2010 – 2013 telah dihasilkan pula dokumen perjanjian perdagangan International sebanyak 907 dokumen.”
B : “ Oh jadi caranya gitu ya Pak Raden, Unyil baru tahu.”
A : “ terus, selama masa Pemerintahan SBY ini tercatat bahwa nilai ekspor yang semula dari 71,5 miliar dolar naik hingga 203,4 miliar dolar, berarti nilai ekspor tersebuat mengalami peningkatan hampir 300% jika dibanding dengan periode – periode sebelumnya. Mari kita lihat, nilai ekspor periode 2004 – 2013 naik hingga tiga kali lipat dibanding periode 1999 – 2004 dari 48,6 - 71,5 miliar dolar. Sedangkan kalau kita lihat dari nilai impornya dari tahun 2004 – 2013 tercatat dari 46,5 - 191,6 miliar dolar.”
B : “ Wihh, kita kaya banget dong Pak Raden?”
A : “ Tentu. Coba kita bayangkan, dari bidang perdagangan dan perhotelan saja telah menyumbang sekitar 16 – 18 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB).
B : “Lho? Produk Domestik Bruto? Apa itu?”
A: “Produk Domestik Bruto itu nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada waktu tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.
B :Oh, iya, paham pak, paham.”
A : “Ada lagi nih, nilai PDB tercatat telah meningkat dari Rp. 239,9 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp. 400,5 triliun pada tahun 2012, sementara hingga triwulan III-2013 nilai PDB sektor perdagangan mencapai Rp. 371,7 triliun.”
B : “Tapi, mengapa masih ada saudara kita yang hidupnya masih dalam kesusahan? Padahal kan Negeri ini kaya Pak Raden?”
A : “ Karena, menurut Pak Raden, kita ini masih kaya kursi yang kakinya kurang satu lho Nyil.”
A : “ Tunggu dulu, saya belum selesai cerita. Tidak hanya bidang ekspor dan import, pemerintah melalui Kementrian Perdagangan (Kemendag) juga terus memaksimalkan sektor usaha kecil dan menengah dengan memberdayakan Pasar Tradisional dan membangun gudang dengan sistem Resi Gudang. “
B : “Haduh, apa itu Resi gudang Pak Raden?”
A : “Resi Gudang adalah dokumen bukti kepemilikan barang yang disimpan di suatu gudang terdaftar secara khusus yang diterbitkan oleh pengelola gudang itu. Sejak tahun 2005 hingga 2013 kemendag telah memfasilitasi pembangunan atau renovasi 2. 758 pasar tradisional dengan menelan dana Rp. 4,01 triliun. Selain itu, kemendag juga telah membangun 89 gudang baik menggunakan dana APBN pusat, dana dekonsentrasi maupun stimulus fiksal dengan total anggaran Rp. 358,25 miliar. Dana dekonsentrasi yaitu dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dan yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.”
A : “Dengan kepercayan dari tiga lembaga pemeringkat internasional yang menempatkan Indonesia sebagai Negara layak investasi (investment grade) mmbuat Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat dalam bidang investasi. Buktinya, nilai investasi pada tahun 2009  tercatat Rp. 135 triliun naik 313,2 triliun pada tahun 2012 dan tahun 2013 hampir mencapai Rp. 400 triliun atau tepatnya Rp. 398,6 triliun.”
B : “Terus, Negara mana yang mau investasi ke Negara kita, Pak Raden?”
A : “Jepang dan Amerika adalah dua Negara investor terbesar di Indonesia man, bahkan banyak perusahaan – perusahaan dari Negara tersebut akan melakukan ekspansi ke Indonesia. Sektor – sektor yang menjadi incaran investor adalah sektor komunikasi, transportasi, mineral, otomotif, perdagangan dan retai, consumer goods, serta pariwisata. Banyak kan?
A : “Terus, Indonesia melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKMP) terus menggenjot investasi dengan memberikan kemudahan usaha seperti yang telah dilakukan saat ini serta melanjutkan reformasi pelayanan pembuatan izin satu atap bersama-sama pemerintah daerah dengan sistem reward and punishment. Kemudian langkah berikutnya adalah melakukan finalisa sektor usaha yang terbuka bagi dunia internasional atau Daftar Negatif Investasi (DNI) yang diharapkan segera selesai dalam waktu dekat ini. Selain itu mempromosikan nilai tambah Sumber Daya Alam, menjadikan basis produksi manufaktur, dan menumbuhkan industri berkualitas pada sektor jasa. Pemerintah juga mendorong perbaikan hubungan industrial untuk menciptakan iklim usaha yang nyaman dan dinamis serta perbaikan jaringan infrastruktur dalam Konsep kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) sebagai instrument pendanaan infrastruktur yang paling efektif.”
A : “Inilah sebagian kecil usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencoba memajukan Negara kita, Indonesia. Sebuah rumah tidak akan bisa dibangun jika hanya mempunyai satu sisi bukan?
B : “Iya Pak Raden, sekarang Unyil paham”
           


Related Articles

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Pages