Sunday 28 March 2021
Bu Guru
Tk di kampungku berdiri sejak tahun 2014, baru lulus nomor ijin resmi tahun 2021. Ada 4 guru perempuan yang suka rela mengajar anak-anak didik disana. Apa yang diajarkan? Tentu cara membaca Al-quran yang diutamakan ditambah baca huruf latin dan menghitung, itu pokoknya dan belum tambahan lainnya.
Ada berapa jumlah siswanya? Untuk kelas A ada 31 siswa dan kelas B ada 18 siswa.
Berapa iuran bulanan siswa? 25K per bulan
Dari mana gaji guru? Dari bulanan siswa tentunya, sekitar 200-250 ribu perbulan. Itu pun kalau wali siswa bisa melunasi, kalau tidak? Yasudah.
Thursday 11 February 2021
2. Capung
sumber: mongabay |
sumber:b2p2vrp-salatiga |
Satu lagi yang spesial itu adalah capung pelangi, jadi kalau kamu lihat sayapnya, kamu bisa lihat pelangi. Tekstur kulitnya lunak mirip si capung merah besar, bedanya hanya pelangi saja. Seperti apa ya? Kebetulan tadi pagi lihat dia di pohon srikaya tetangga hehe
sumber: koleksi pribadi |
Thursday 24 December 2020
1. Croissant
Aku duduk di kursi cafe lantai dua itu, menghadap jalan yang masih ramai lalu lalang di saat malam sudah tak muda lagi. Petikan gitar yang kadang sendu kadang tidak menemani mereka, para pembaca puisi di malam minggu yang syahdu ini menghidupkan suasana. Sepiring kentang goreng, croissant dan es coklat terasa begitu sempurna ditambah sepoyan angin yang sepertinya akan membawa hujan sebentar lagi.
Aku menengok ke kanan dan ke belakang, hampir semua meja penuh, tapi ohh hanya aku sendiri yang duduk sendirian. Remang-remang lampu di lantai dua membawa kesan romansa bagi para jiwa muda, kadang kumendengar bisikan cinta, kadang candaan penuh manja. Ah, aku salah pilih kursi.
Di mejaku tersisa separuh kentang goreng dan es coklat yang hampir habis, croissantku entah sudah kemana saat tiba-tiba seseorang menaruh gelas di mejaku. Dia duduk, tanpa permisi, bersandar dan sambil menyeruput kopinya sesekali. Tanpa berbicara hanya menatap jalan di bawah sana.
Siapa dia?
Sunday 29 November 2020
Aku dan Kamu itu Nggak Sama
"Jalani aja dulu, sabar, segini mah kecil..."
"Kalau segini aja kamu udah ga kuat, ke depan mau gimana? Mending mundur aja sekalian kalau gitu si."
Wahai saudaraku yang kucintai, pernahkah kamu mengalami keadaan atau situasi yang menyedihkan atau membingungkan yang membutuhkan telinga dan pundak orang terdekat kamu untuk dijadikan sebagai sandaran dan penenang?
Tapi bukan ketenangan yang diharapkan tapi malah kata-kata yang sedap seperti menabur garam pada luka?
Ya, pasti ada yg berkata seperti itu. Secara mengerti atau tidak mengerti orang tersebut dg kalimat yg diucapkan tetap hasilnya sama, menyakitkan :D
Kalau kata orang toleransi rasa sakit fisik setiap orang itu berbeda, itu fisik yang keliatan, apalagi rasa sakit hati, pikiran atau mental yang ngga keliatan rupanya. Iya ngga?
Buatku yg pernah ngalamin ngekos di Depok, uang 200 ribu itu bisa buat makan 2 minggu. Tapi bisa jadi malah kuat sampe sebulan buat yang ngekos di Jogja (?) Atau malah sehari aja ngga cukup buat salah satu temen sekelas kalian sendiri.
Setiap orang itu terlahir sama, sebagai manusia. Tapi, hati kita memiliki rasa yang berbeda. Otak kita memikirkan cara dengan cara uniknya masing-masing. Mental kita diasah dengan kesulitas yang berbeda.
Bagai matahari senja yang sama, dilihat oleh orang yang berbeda dari tempat yang berbeda maka keindahannya pun akan berbeda~
Friday 30 October 2020
Melihat dari luar zona nyaman
"Coba deh keluar dari zona nyaman", pernah ngga dengar kalimat seperti itu? Atau "hidup jangan melulu ada di zona nyaman dong"?
Intinya sama saja ya, mengisyaratkan bahwa untuk bisa hidup lebih baik itu dengan keluar dari zona nyaman.
Benar ga sih?
Ampuh ngga cara tersebut?
Bagimu zona nyaman itu apa sih?
Kalau bagiku zona nyaman itu kondisi di mana aku bisa lebih enjoy mengembangkan diri. Tau kapan harus maju atau mundur.
Menilai tentang zona nyaman itu sama seperti melihat apakah orang itu ganteng atau tidak, semua itu relatif dari selera dan sudut pandang.
Tapi bagaimana bagi yang masih ngawang-ngawang? Atau yang masih bingung dengan posisi diri sendiri?
Aku ngga yakin apa semua orang mengalami krisis identitas ini atau hanya sebagian saja.
Tapi aku yakin semua orang punya ekspektasi tertinggi untuk dirinya sendiri, ada yang jadi nyata atau realitas yang terjadi tidaklah sama.
Mungkin juga sebagaian akan tersandung pada satu titik "aku sebenernya maunya apa sih?" atau "masa hidup mau gini-gini aja". Lalu bagaimana caranya untuk membuat diri kita back to track lagi?
Bagiku, disini adalah titik terendah yang pernah dialami. Kenapa? Kurangnya rasa puas membuatku kurang bersukur. Kurangnya rasa bersukur membuatku salah arah dan mengantarkanku ke salah-salah yang lainnya. Tapi salah-salah tersebut menjawab semua kegalauan yang membuatku hilang arah sebelumnya. Bisa dikatakan, benar bahwa aku harus keluar dari zona nyaman dulu dan berperan sebagai orang ketiga untuk melihat betapa sempurnanya hidupku sebelumnya dan betapa kurangnya moralku sebelumnya.
Dari salah-salah tersebut aku bisa melihat dunia lebih luas lagi, sudut pandangku tidak ladi menyudutkan pola pikirku. Aku menyadari betapa dalamnya lautan setelah aku tenggelam di dangkalnya danau buatan.
Dengan hasil akhir yang memuaskan walau prosesnya yang cukup menyedihkan, akhirnya aku tau posisiku di mana dan aku tau aku harus bagaimana.
I paid a year and half time to answer those questions. Thank you my dear self muachhh..