Wednesday 24 September 2014

Cepen - Alur Watu Part 3

           Tubuhku terbangun di sebuah ruangan. Di dalam sebuah menara? Begitulah kesimpulanku saat  aku menengok ke luar jendela.
“Aku pasti sedang bermimpi lagi, sebaiknya aku bangun”. Sesuatu yang aneh selalu terjadi saat aku tertidur, tapi aku merasa lebih hidup saat aku tidur.
“Kita harus membunuh, para cenayang yang ada di menara ini. Lakukan semua cara untuk membunuh mereka! Kalian mengerti?!” teriak seorang laki-laki kepada pasukannya.
“Membunuh cenayang? Yang ada di menara? Omong kosong. mana ada cenayang di tempat seperti ini.” Kataku menghardik.
“Kaulah yang cenayang. Aku dan kamu, serta seorang lagi di menara paling atas akan mati di sini”. Kata seorang gadis di pojok ruangan ini.
Aku tak menyadari ada seorang lagi bersamaku di ruangan ini, apalagi tempat ini lebih mirip seperti kamar mandi.
“Kalau begitu kita harus kabur. Lagi pula, aku bukan seorang yang mereka meksudakan.”
“Lalu, apa yang ada di pelipismu itu?”
Aku memegang kepalaku dengan penuh tanda Tanya.
“Bukankah kau memilikinya dari lahir?” matanya yang nanar bersikeras untuk meyakinkanku akan hal yang sedang dia bicarakan sembari memperlihatkan apa yang ada lengannya. Sebuah tato yang yang setengahnya rusak.
“Mereka melakukan ini pada semua yang memiliki tanda seperti ini dan kau berikutnya”.
“Apa kau sudah selesai? Kau mau bebas atau tidak?”
“Sebenarnya kita bisa berpindah tempat dengan mudah, hanya saja.. dunia luar lebih mengerikan”.
Entah apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang sedang dia bicarakan, aku tidak peduli.
“Masih ada aku”. Dengan cepat aku menarik tangannya dan berlari menuju lantai paling atas menara untuk menyusul yang satunya lagi.
“Kau bodoh”.


Related Articles

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Pages