Cepen - Alur Watu Part 3
Tubuhku terbangun di sebuah
ruangan. Di dalam sebuah menara? Begitulah kesimpulanku saat aku menengok ke luar jendela.
“Aku pasti sedang bermimpi
lagi, sebaiknya aku bangun”. Sesuatu yang aneh selalu terjadi saat aku
tertidur, tapi aku merasa lebih hidup saat aku tidur.
“Kita harus membunuh, para
cenayang yang ada di menara ini. Lakukan semua cara untuk membunuh mereka!
Kalian mengerti?!” teriak seorang laki-laki kepada pasukannya.
“Membunuh cenayang? Yang ada di
menara? Omong kosong. mana ada cenayang di tempat seperti ini.” Kataku
menghardik.
“Kaulah yang cenayang. Aku dan
kamu, serta seorang lagi di menara paling atas akan mati di sini”. Kata seorang
gadis di pojok ruangan ini.
Aku tak menyadari ada seorang
lagi bersamaku di ruangan ini, apalagi tempat ini lebih mirip seperti kamar
mandi.
“Kalau begitu kita harus kabur.
Lagi pula, aku bukan seorang yang mereka meksudakan.”
“Lalu, apa yang ada di
pelipismu itu?”
Aku memegang kepalaku dengan
penuh tanda Tanya.
“Bukankah kau memilikinya dari
lahir?” matanya yang nanar bersikeras untuk meyakinkanku akan hal yang sedang
dia bicarakan sembari memperlihatkan apa yang ada lengannya. Sebuah tato yang
yang setengahnya rusak.
“Mereka melakukan ini pada
semua yang memiliki tanda seperti ini dan kau berikutnya”.
“Apa kau sudah selesai? Kau mau
bebas atau tidak?”
“Sebenarnya kita bisa berpindah
tempat dengan mudah, hanya saja.. dunia luar lebih mengerikan”.
Entah apa yang sebenarnya
terjadi dan apa yang sedang dia bicarakan, aku tidak peduli.
“Masih ada aku”. Dengan cepat
aku menarik tangannya dan berlari menuju lantai paling atas menara untuk
menyusul yang satunya lagi.
“Kau bodoh”.
0 comments:
Post a Comment