Cerpen - Alur Waktu Part 2
19 September
Terik matahari membangunkanku, perutku lapar, tubuhku
serasa mau remuk. Entah apa yang telah terjadi semalam, aku lupa.
“Aku ingat, sial, ternyata yang
semalam bukan mimpi. Terserah apa yang telah terjadi semalam, aku tak peduli”. Kuputar kepalaku, kulihat ada
bangunan kuno yang masih berdiri tegak. Namun sayang, orang-orang mungkin tak
akan mengenalinya, sulur-sulur dan semak belukar menutupi permukaannya.
Sudah sepekan terakhir ini,
setiap malam aku selalu mengalami hal-hal aneh, lalu saat terbangun keesokan
harinya aku berada di tempat yang berbeda-beda. Kakiku melangkah perlahan masuk
ke dalam bangunan kuno tersebut, indah, di dalamnya sama sekali tak ada sulur maupun belukar. Tapi, ini
bener-benar ruangan yang indah. Ada empat kursi berjajar di ujung ruangan ini.
Apakah ini ruang tahta?! Ada kolam air mancur di tengah ruangan. Airnya jernih,
kulihat wajahku yang terpantul di kolam itu. Aku tersenyum, lalu kuambil air di
kolam itu dengan tanganku lalu kuminum. Tapi kepalaku menjadi pusing dan..
bruk.. tubuhku menghantam lantai bangunan yang dingin.
0 comments:
Post a Comment