Sunday 21 September 2014

Cerpen: Kamu Lebih dari Sekedar Nama

“Kamu Lebih dari Sekedar Nama”

Aku terperanjat saat melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi berdiri di depan tangga lantai dua. “Padahal bel sudah 3 kali berbunyi. Tapi, mengapa dia masih di situ?” Gumamku dalam hati. Oh tidak.. dia sedang berbicara dengan siapa? Apakah dengan pacarnya? Sudahlah, memang sudah sepantasnya, cowok pintar dan semanis Faris pantas mendapatkan gadis cantik dengan mata coklat dan pipi merona seindah mawar. Tapi, hey.. namaku Mawar, kenapa dia lebih terlihat seperti mawar dibanding denganku?. Langkahku perlahan menaiki anak tangga dengan rasa penasaran dan … AHHHhh.. jantungku hampir lepas tak terkendali saat tiba-tiba dia menengok ke arahku. “Dia manis.” Pikirku sesaat saat mataku bertemu dengan matanya yang khas timur tengah itu. 
“Oh tidak.. kenapa denganku, seharusnya aku tak boleh membiarkan penyakit aneh ini menyerang otakku.” Dengan mencoba tenang aku lanjutkan langkah kakiku saat tiba-tiba Faris melempar senyum ke arahku. “Dia semakin manis”. Pujiku dalam hati. Tapi apa? Apa yang telah kuperbuat? Aku hanya melihat dia dengan tatapan dingin. Apakah dia akan mengira jika aku membencinya? Padahal tidak sama sekali. Aku hanya tak tahu harus bertingkah seperti apa. Rasanya apapun yang akan aku lakukan itu memalukan!!! Padahal dia sama sekali tidak mengenal siapa aku. Dia hanya orang yang ramah.
Jam pelajaran keduapun berakhir, saatnya istirahat. Horeeee… rasa lapar yang mendera perutku yang sedari pagi hanya terisi seteguk air akhirnya akan menemui kepuasannya. Drap drap drap.. Langkah kakiku menggema saat melewati lorong samping ruang guru yang sepi, seperti biasa, aku selalu berbicara sendiri saat sendirian apalagi ditambah kejadian tadi pagi.. sosok yang pintar, pandai menggambar, tinggi, kulitnya yang kecoklatan apalagi senyumnya yang manis itu. Ohh Tuhan, adakah yang salah dengan diriku? Mengapa fikiran-fikiran aneh ini tak pernah mau beranjak sedetikpun dari kepalaku.. Aku terdiam, tertunduk memandangi ujung sepatuku.
“Mawar?”
Reflek aku menoleh ke arah suara yang memanggilku dan ohhh Tuhan tolong lindungi aku.
“Mawar?” 
Aku terdiam, suara lembut itu memanggil namaku lagi.. ohhh, aku rasa aku sudah meleleh seperti coklat yang dipanaskan.
“iya.” 
Ya ampun, aku berkata apa? Tidak adakah kata-kata lain yang aku punya selain ‘iya’?
“Kamu mau ke mana?” 
Tuhan.. aku tak sanggup jika terus ditimpali dengan senyum-senyumnya yang manis itu..
“Kantin, emang kenapa?”  
Ohh… lagi? Bisakah aku sedikit lebih sopan?!! Ini bukan diriku!!
“Yasudah, hati-hati ya, Mawar.”
“iya.”
Ya ampun… Sedingin itukah aku. Faris maafkan aku. Aku rasa, hal seperti ini tak akan terjadi lagi. Betapa bodohnya aku.
Tapi tunggu sebentar, sesuatu terjatuh dari sakunya atau memang sengaja dijatuhkan beberapa langkah di depanku. Ada  namaku tertulis di atas sesuatu yang dia jatuhkan. 
“Mawar, kamu lebih dari sekedar nama dihatiku. Jadilah kekasihku” 

Related Articles

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Pages